Jumat, 02 Agustus 2013

Hopeless


“Hopeless”

I am blind, but I am trying to see
I am deaf, but I am listening
I am dumb, but I am speaking up !
I am clueless, but searching the truth
My way is curved, but lining to one direction

I am powerless, but my inner light keep on firing
I am stopped! but I am moving on…

I am hopeless, but my dreams still high
I am hopeless, but enjoying the process

.

(Strategic lesson from Charlie Brown stories:

never get a triumph of hope over expensive)

Jumat, 15 Maret 2013

Selamat Pagi, Mentari

Harta benda bisa di cari, tapi kesempatan untuk mendapatkan akhir hidup yang baik, 
itu yang sulit. Perjalanan kehidupan kadang kala letih di dera cambukan "nasib" 
yang terus bergerak layaknya ombak yang menghempas bebatuan cadas. 
Hanya saja tak ada pilihan untuk menghentikan perjalanan itu. 
Roda yang berputar sangat deras dan manusia takkan mampu menghentikan hal itu 

Selasa, 10 Januari 2012

Door to Door Berau - Tanjung Selor


Mengakhiri perjalanan 2011 dengan berpetualang yang membutuhkan adrenalin tingkat tinggi. Teringat tahun 2010 lalu dimana aku harus mengakhiri perjalanan travellingku tahun itu bersama Maharani yang masih berusia 1 tahun 10 bulan mengarungi selat Kabaena menuju Pulau Bau-Bau (salah satu kepulauan Butan) yang berada di Tenggaranya Sulawesi.

Rempong sih pastinya hehe tapi itu kepuasan terbesar buatku ketika aku bisa bersama Maharani lontang lantung di pulau orang. Di sebuah kepulauan yang aku sendiri tidak mengerti kenapa pulau Bau-bau pilihan terakhirku untuk memaksakan diri terdampar sendiri disana.

Edisi tahun 2010, sudah pernah kutulis dalam perjalanan travelingku sebelumnya. Dan dari Pulau Bau-bau akhirnya yang membuatku mendamparkan diri di Pulau Wangi-Wangi yang merupakan salah satu bagian dari Pulau Wakatobi (Wangi wangi, Kaladupa, Tomia, Binongko) di awal tahun 2011 selama 3 hari.

Ya setidaknya, aku bersyukur diberi kesempatan menikmati keindahan alam Indonesia ini dengan segala caraku yang serba nekad.

Untuk akhir tahun 2011, aku menerima tawaran jalan bareng dari salah satu customerku di Berau yang mengajakku mengunjungi Pulau Maratua.

Perjalanan kami di mulai dari Berau. Kota kabupaten yang berada di ujungnya Borneo yang kebetulan aku sedang ditugaskan perusahaan tempatku bekerja selama 5 bulan ini. Pastinya kesempatan untuk explore ke daerah-daerah yang belum pernah ku kunjungi dalam hidup tidak kusia-siakan.

Sehari sebelum berangkat ke Pulau Maratua, aku sempat singgah terlebih dahulu ke daerah Tanjung Selor yang merupakan kabupaten baru untuk mengantarkan barang milik perusahaan tambang. Untuk ke Tanjung Selor butuh 2.5 jam perjalanan darat dari Berau, Tanjung Redeb melewati hutan yang serba ngga jelas hhihi. Kenapa kusebut ngga jelas..ya karena itu hutan emang ngga jelas..kalau disebut hutan tapi pohon-pohonnya kenapa ngga banyak yang besar-besar..yah malah lebih seringnya kulihat perkebunan kelapa sawit yang ramai disini.

Lanjut ke perjalanan menuju Tanjung Selor, aku bersama driver kantor menikmati perjalanan dengan menyetel music keras-keras. Hihihi ya maklum kami berangkat dari Berau pukul 18.00 wita. Jadi biar tidak mengantuk, setel music deh keras-keras.

Pukul 20.30 wita, kami pun tiba di Tanjung Selor. Aku sudah membuat janji terlebih dahulu dengan salah satu staff perusahaan tambang untuk serah terima barangnya di persimpangan menuju Malinau. Jadi terpaksa deh dengan berselimutkan malam nan gelap pekat, aku menanti client di simpang Tg Selor – Malinau. Untungnya aku bawa driver yang sabarnya tingkat kabupaten. Ia tidak banyak protes ketika aku bilang kita menunggu 1 jam lagi buat serah terima barang. Dan ia pun hanya mengangguk menuruti perintahku.
Pukul 21.30 Wita, clientku datang dan proses serah terima kami lakukan disimpang Malinau. Selang serah terima akhirnya kuputuskan untuk kembali ke Berau malam itu juga. Namun sebelum aku kembali ke Berau, ternyata driverku bilang akan singgah terlebih dahulu kerumah temannya yang berada di Tanjung Selor juga.

Sebelum singgah, aku sempat mampir membeli 6 buah durian hutan di pasar yang berada dekat tepian. Dan memakan 1 buahnya bersama supirku.

Ya akhirnya aku mengiyakan keinginannya untuk singgah. Secara aku kan Cuma navigator, jadi Cuma ngikut aja apa kata si supir yaks.

Mobil yang kami kendarai membelah jalan Tanjung Selor. Saat itu sudah sepi dan melengang sekali. Ya maklum juga karena kabupaten. Driverku mengemudikan kendaraan menuju daerah SP 3 yang merupakan daerah transmigrasi. Agak ketar ketir juga sih ketika melewati daerah tersebut. Secara aku baru teringat berita 2 minggu lalu tentang kabupaten ini.

Ada issue yang berkembang ketika itu, Tanjung Selor rusuh etnis. Dan sempat driverku yang lain yang akan masuk ke wilayah tersebut pada 2 minggu lalu dilarang melintas. Pada KM 2, sudah di blokir oleh anggota Brimob yang berjaga-jaga di perbatasan Tanjung Selor-Berau.

Nah saat melintas perkampungan SP 3 itu mobil yang ku kendarai melewati perkampungan suku dayak yang merupakan prosentase penduduk terbesar di Kabupaten ini. Apalagi saat itu sedang ada kebaktian di salah satu gereja yang kami lewati.

Kusuruh supirku untuk mengecilkan volume musiknya, agar tidak mengganggu suasana kebaktian mereka. Dan aku pun memasang senyum manisku dan menganggukan kepalaku sambil berkata, “ permisi ya pak…permisi…”

Dan mereka pun membalas dengan senyuman sumringah,” silakan bu”

Ah, senangnya di jawab dengan senyum bapak-bapak yang sedang berjaga di depan gereja itu.

Rumah yang dimaksud driverku lumayan jauh juga dari Tanjung Selor. ¾ jam kami baru sampai dirumah yang dimaksud driverku. Temannya ini rupanya merupakan suku jawa yang bertransmigrasi sejak 15 tahun lalu.

Akhirnya kami pun bercerita panjang lebar, dan aku orang yang memang sedikit agak bawel banyak bertanya ini dan itu. Tentang perjuangan orangtua dari teman driverku ini..yang nekad menjadi transmigran. Benar-benar butuh perjuangan hebat untuk mereka mengisi kehidupan yang jauh dari sanak keluarga. Tapi tetap bisa menapak kehidupan ini dengan lebih baik.

Tidak lama aku dan supirku berada dirumah temannya ini, karena malam sudah melarut. Pukul 22.30 Wita kami pun pamit untuk kembali ke Berau. Sempat ditawarkan untuk menginap namun ku tepis halus karena ku bilang aku sudah punya jadwal di esok hari.

Dan saat aku pamitan dan mengucapkan banyak terimakasih atas sambutannya, keluarga suku jawa ini pun meng-oleh-olehkan aku 1 karung rambutan binjai hasil dari kebunnya yang 2 hektar di belakang rumahnya.

Busyet dah, mabok rambutan dah aykeh, pikirku. Dan jambu biji merah Bangkok 10 butir.

“Mba…mampir ya kerumah kalau ke Tanjung Selor lagi…dan harus menginap dirumah kami lho” seru pemilik rumah.

Duh senangnya ditawarin seperti itu. Siapa sih yang tidak pingin ya..gratis gitu bo..hehehe…

Aku menganggukkan takzim dan melemparkan senyum lebar. Aku dan supirku akhirnya kembali melintas jalan nan sepi di area SP 3.

Kami sempat nyasar ketika akan keluar dari SP 3. Bagaimana tidak nyasar, kami sampai seperti berputar-putar melewati labirin yang tidak jelas. Sempat aku senewen sama supirku dan ngotot bahwa kalau jalan yang kita lalui ini sudah yang ketiga kalinya.

Entah kenapa malam itu untuk keluar dari SP 3, kami seperti tersesat arah. Apalagi dimana-mana banyak anjing berkeliaran di jalan. Wah kalau sudah begitu, aku sering mengingatkan supirku agar lebih berhati-hati.

“kita ini berada di perkampungan suku Dayak, Nang..lambatkan kendaraan jangan sampai pakai acara nabrak anjing yo.. ngeri kita urusannya,” selalu kalimat yang sama aku sampaikan ke driverku yang bernama Anang ketika melihat anjing melintas di depan kendaraan kami.

“Iya bu..iya..tenang aja…ibu kan sedang bersama driver smart,” jawabnya.

“smart apaan Nang,..kita ini dah puter-puter aja dari tadi belum ketemu jalan raya. Ini Gereja sudah kita lewati 2 x…waduh jangan sampai dah bermalam di sini…” sahutku.

Supirku juga bolak balik terheran-heran. Kusuruh dia memutar kembali kearah SP 3 dan merunut kembali arah dari rumah temannya menuju jalan raya. Setelah ada 1 jam jam puter-puter daerah situ, ngga tahu gimana akhirnya kami bisa keluar juga dari perkampungan tersebut.

Aku menarik nafas lega, tidak terbayang olehku semisalnya itu kendaraan habis bbmnya dan harus menunggu pagi di perkampungan tersebut. Bisa mati gaya akyuw…hehehe..

Begitu keluar dari SP 3 dan ketemu jalan raya yang ke arah Berau sudah menunjukkan pukul 23.30 wita. Gilingan bo, jelang dini hari baru keluar dari Tanjung Selor. Dan jangan bayangkan perjalanan menuju Berau itu asik. Boro-boro asik dah. Spooky mah iya. Secara selama diperjalanan Cuma lampu kendaraan kami saja yang menyala. Tidak ada lampu penerangan di sisi kiri kanan jalan. Dan aku pun sibuk komat kamit dijalan. Serta beberapa kali ku ingatkan supirku agar berhati-hati dan waspada jika melihat “sesuatu”.

Di perjalanan, perutku kontraksi. Persis seperti rasa mau melahirkan. Aku teringat jadwal palang merahku. Waduh..ternyata hari ini memang jelang pmsku. Keringat dingin pun mengalir deras dari keningku. Aku lupa tidak membawa persediaan obatku. 1 jam aku didera rasa sakit yang hebat.

“bu…kok jadi diem..?”tanya supirku
“sakit perut neh…ngga tau kenapa,” jawabku sekenanya.

“wah bu…kok bisa..tadi ibu ngga papa..atau ibu lapar kali ya?” tanyanya lagi

“aku mabok durian…”sahutku asal. “udah deh jangan cerewet ya..aku lagi menikmati sakitnya dulu…kamu jangan tanya ini dan itu”

“ya udah ibu tidur aja …”
“ah kamu ini, nanti kalau saya tidur kamu malah bawa mobil kek kesetanan..”

“ya ngga toh bu. Saya pasti hati-hati kok”

Aku diam saja mendengar jawaban supirku. Aku tetap berusaha tidak tidur. Dan kucoba menikmati sakit kontraksi ini sambil meringis-ringis. Penyakit yang satu ini kerap menyerangku setiap bulan menjelang PMS (Pre Menstruation syndrome). Kadang sakitnya bikin lemas dari kepala sampai kaki. Tapi sering kupaksakan untuk melanjutkan aktivitas pekerjaanku.

Biasanya kalau sedang sakit bulanan, aku meminum mefinalku (antibiotic) pereda sakit saja. Aku malas untuk check up kesehatanku. Yah kupikir semua wanita di dunia ini sama saja kalau menjelang pms. Pasti ada rasa sakit yang dirasa. Dinikmati saja sakitnya ini, toh Cuma sebulan sekali.

Pukul 02.00 wita, kendaraan kami akhirnya tiba di Berau dengan selamat. Dan aku meminta supirku untuk mengantarkanku pulang. Aku belum sempat mempersiapkan buat acara jalan-jalan akhir tahun. Padahal esok harinya aku harus berangkat pukul 07.00 wita ke Pulau Maratua.

Sampai dirumah, aku siapkan baju-baju yang hendak kubawa untuk jalan ke Maratua. Aku tidak suka bawa yang rempong-rempong. Cukup kamera DSLR yang harus ku ingat untuk selalu di bawa. Untuk pakaian mah gampang. Tinggal masuk-masukin aja seperlunya.

bersambung....

Senin, 09 Januari 2012

Sepenggal cerita usang 2011


Mencoba mengingat kembali kehidupan di tahun 2011, untuk mengevaluasi diri atas sikap dan perilaku di tahun yang baru saja terlewat.

·         2011, mulai tidak bersamanya Ara bersamaku di Kalimantan Timur. Sedih sih meninggalkannya. Tapi aku yakin Ara berada di bawah pengasuhan yang tepat.

·         Dalam setahun bisa pulang 4 kali ke Bogor. melihat, bermain, bercanda dengan ketiga buah hati adalah hal terindah yang pernah kumiliki. Aku bangga anak-anak memanggilku dengan sebutan Mama atau bunda. Rasanya seperti berada diatas angin ketika suara-suara dan teriakan anak-anak meneriakkan kata “mama” atau “bunda”

·         Si sulung, Nadia lulus dengan prestasi memuaskan dimataku. Betapa tidak hasil UN nya rata-rata 9. Sementara ketika aku di usianya hihihi..jangan tanya nilainya berapa dah…masih bisa lulus aja sudah bagus…hahaha.

·         Abie, putra keduaku ..tiba-tiba mengejutkan aku dengan proses belajarnya di Pesantren. Ia mampu mengikuti dan mengejar ketertinggalannya mempelajari huruf-huruf al-quran. Dalam 2 bulan sudah bisa membaca Al-quran dengan tartil.

·         Ara, putri bungsuku yang menggemaskan itu, saatnya berhenti dari aneka lomba yang biasanya ku ikuti ketika usianya masih 0 bulan sampai usia 2 tahun. Buatku cukup sudah ia memberikan kebanggaan untukku. Dengan 5 kejuaran yang di ikuti ia mengumpulkan beberapa piagam penghargaan atas prestasinya. Konsentrasiku saat ini adalah mencari pemasukkan untuk membiayai pendidikan Ara dan kakak-kakaknya.

·         2011, masih banyak kurasakan kepedihan. Namun dibalik rasa pedih itu banyak sudah kebahagiaan yang kuterima. Papanya anak-anak mulai berbaik hati menyapa anak-anakku. Betapa indahnya jalinan silahturahim orang tua terhadap anaknya. Karena kelak anak-anaklah yang akan membawa orang tua di Jannah-Nya.

·         2011, untuk pekerjaan masih stabil dan pastinya rejeki juga stabil-stabil aja. Tidak kurang dan tidak lebih. Namun jelang akhir tahun di hadapkan pada posisi yang membuatku terpojokkan. Ketika manajemen memposisikan diriku berhadapan di level supervisor dan di posisi manajemen of conflict, aku harus mengelus dada atas cemoohan, hinaan, cacian dan makian dari teman sendiri. Yah, mau kubalas dengan cara apa lagi. Secara mungkin ini memang sudah takdirku. Urusan pekerjaan dikaitkan dengan status yang kusandang. Aku kuatkan dan tegarkan hati, meski pedih buat aku jalani. Apalagi kata-kata makian itu terlontar melalui jejaring social. Dan sebagian teman membenarkan makian dan hinaan itu. Aku hanya bisa berdoa dalam hati, semoga yang memakiku dengan kata-katanya dimaafkan oleh-Nya. Dan diberi keluasan hati memaafkan aku , jika memang selama mengenalku, aku pernah berbuat ketidakbaikan padanya.

·         Akhir tahun 2011, kututup perjalanan kehidupan dengan mengadakan perjalanan menuju Pulau Maratua, Kalimantan Timur.berharap tahun mendatang kebaikan serta kelimpahan rejeki selalu bersamaku dan anak-anakku.




Berau, 02012012
16.10 Wita

Jumat, 09 Desember 2011

Door to Port Birang-Berau East Borneo

Hari ini jadwal kerja super padat. dimana aku harus menyelesaikan beberapa urusan yang terkait perpanjangan kontrak pekerjaan yang merupakan salah satu tanggung jawabku.

Belum lagi urusan survey yang mengharuskan aku menaiki perahu klotok di bibir sungai Birang. Survey ini dilakukan untuk menunjang data pengajuan asuransi pihak pengirim barang yang merupakan salah satu customer terbesarku di Berau.

Mau tidak mau, suka tidak suka pekerjaan ini kujalani dan kunikmati juga. Pagi ini bersama kedua anak buahku yang biasanya membawa barang menuju dermaga Birang pun sudah bersiap-siap bersamaku mengarungi Sungai Birang yang pagi itu sangat kuat arusnya. Dikarenakan semalaman turun hujan.

Aku pun seperti biasa berbekal kamera DSLR ku mulai memberanikan diri menaiki perahu klotok yang sudah menjalani langganan perusahaanku. Dengan hati yang masih dag dig dug...aku pun menaiki perahu. 

si Jhon yang kalau kata anak buahku pengemudi dari perahu tersebut tersenyum-senyum simpul melihatku yang heboh ketika menaiki perahu tersebut. Aku pun sibuk tereak-tereak sendiri. Apalagi jika perahu mulai sedikit oleng...aku pun dengan heboh tereak...

"Jhon...jangan ngebut-ngebut...ati-ati ye..jangan sampe gue ke jungkel neh dari perahu..!" seruku pada si Jhon.

haduh dikate naek perahu klotok ini pake acara kebut-kebutan apa ya pake pesen-pesen segala seperti itu, sahutku dalam hati. Aslinya aku juga pingin ketawa sendiri kenapa aku parno-an banget kalau menaiki perahu klotok. Jangankan perahu klotok, speedboat aja yang rada besaran dikit belum apa-apa juga sudah ketakutan duluan. Ya mungkin karena diriku cuma bisa berenang dengan gaya batu, jadi membuat keparnoan ini membayangi diriku selalu.

Akan tetapi jika sudah merasakannya dengan tingkat kenyamanan yang tinggi sih, biasanya rasa takut dan khawatir itu hilang dengan sendirinya.

seperti hari ini yang akhirnya ku nikmati perjalanan menaiki perahu klotok dengan have fun. Sesekali malah sibuk jeprat sana jepret sini.

Butuh 10 menit untuk sampai di sebrang. Dan aku pun kembali beraksi berfhoto dengan sign yang terdapat di dermaga. Dermaga Birang, namanya. merupakan sebuah dermaga kecil khusus perusahaan tambang. Maksimal 3 perahu yang diperbolehkan sandar di dermaga kecil ini. 

Tak lama anak buahku pun menurunkan paket yang hendak di serah terimakan pada salah satu staff perusahaan tambang.

dan tidak lama aku pun bergegas meninggalkan dermaga Birang menuju sebrang. Kembali beraksi lagi jepret sana sini dengan penuh excited tingkat tinggi.

Sore hari nya pun aku melakukan kembali hal yang sama, menaiki perahu klotok untuk mengantarkan barang yang diminta customer.

So Hari ini, merasakan 2 x bolak balik dari dermaga ke dermaga membuat kebetean dan kejenuhanku yang terlalu lama terdampar di Berau pun akhirnya hilang seketika.

Berau, 091211


19.37 Wit

Senin, 10 Oktober 2011

12 Oktober 1996 - 12 Oktober 2011 ( 15 tahun)


Dearest Nadia anakku,

Rasanya baru kemarin..
Melihat kau hadir di bumi ini, adalah keajaiban
Melihat kau berguling kekanan dan kiri adalah keajaiban
Melihat kau bisa duduk sendiri, menapakkan kaki, tumbuh gigi,adalah keajaiban
Melihat tawamu yang memperlihatkan gigi kecilmu, adalah keajaiban
Melihat kau makin meninggi, adalah keajaiban
Dan padamu semua yang terjadi adalah keajaiban dari-Nya
Yang ia berikan dan amanahkan pada Mama

Nadia, anakku, belahan jiwa dan hatiku
Waktu seakan begitu cepat berlalu tanpa pernah kita sadari

Naks..
Meski keberadaan mama jauh dari sisimu
Pelukan sayang dan doa mama yang selalu menyertai perjalanan hidupmu
Hingga di usia 15 tahun hari ini..
Tak pernah kehilangan arti

Doa tulus mama untukmu melekat erat
dalam ayunan langkahmu merajut mimpi
Meraih asamu …

Nadia, jendela sanubariku
Kini, perjuangan itu sudah dihadapkan
Saatnya menjalani dan mengisi kehidupan ini dengan penuh kemandirian

Hadapi rintangan dan tantangan yang ada
Dengan senyuman
Sapa setiap kesulitan dengan keikhlasan
Dan raih bintangmu dengan penuh harapan

Nadia, lenteraku
Terkadang hidup ini tidak terlalu mudah dijalani
Bulan-bulan terakhir adalah terberat
Buat mama dan Nadia harus lalui
Ada kalanya disaat kesulitan itu
Akan memperkaya hatimu

Dan jadilah pemenang layaknya juara sejati
Dengan selalu rendah hati dan baik budi

Dan ayunkah langkahmu dengan ringan hati
Gapailah setiap mimpi yang terbentang di sanubari
Gapai mimpimu yang ada di sanubari
Dan kepakkan serta bentangkan asamu
Agar menjadi nyata…
Dan aku bukan pemikul beban yang terpaksa
Tapi aku penggembala penuh cinta
Dan padaku, Dia memberi amanah-Nya yang luar bisa
Menitipkanmu untuk kubentuk menjadi insane mulia


Ya Rab,
Jika diperkenankan…
Izinkan aku memohon pada-Mu
Lindungilah selalu anakku dalam teduhnya karunia-Mu
Berikanlah ia kasih-Sayang-Mu

Bimbinglah anakku di setiap persimpangan yang membuatnya bimbang
Beri kemulian hati agar membuat hidupnya lebih berarti
Karuniakanlah kebesaran jiwa agar membuat hidupnya bermakna bagi orang lain
Sentuhlah hatinya dengan semangat tulus untuk berbagi pada sesama

Tanamkanlah keyakinan terhadap kebaikan
Penuhi tekadnya dengan kerja keras dan pantang menyerah


Ya Rabb

Terima kasih atas amanah yang Engkau titipkan padaku
Terima kasih atas anugerah yang tidak ternilai ini

Dan terima kasih Nadia Ersya Oktaviani
Atas pembelajaran, pemahaman, pengertianmu
tentang kehidupan yang engkau ajarkan pada mama selama ini

Semoga Allah selalu meridhai perjalanan hidupmu

Berau, 11 Oktober 2011
10.00 wit

Selasa, 04 Oktober 2011

From Tepian Mahakam with Love

Judul ini ku ambil dari komentar status salah satu sahabat FB-ku ketika aku membuat status di FB yang berjudul @Islamic centre Tepian Samarinda with Maharani..

Yah..saat itu aku berdua saja bersama Mahara menuju Islamic Centre. Sebuah bangunan mesjid terbesar yang berada di Kota Samarinda. Letaknya berada di Tepian sungai Mahakam. Masjid ini termasuk megah dan katanya sih terbesar di Asia Tenggara..(hm apa iya ya..secara ngga ikutan ngukur-ngukur seh ). Dari catatan yang kubaca di ruang perpustakaan masjid ini, Islamic Centre yang ter
letak di kelurahan Karang Asam, Samarinda Ilir, Samarinda Kaltim ini memiliki luas bangunan utama 43.500 meter persegi. Untuk luas bangunan penunjang adalah 7.115 meter persegi dan luas lantai basement 10.235 meter persegi. Sementara lantai dasar masjid seluas 10.270 meter persegi dan lantai utama seluas 8.185 meter persegi. Sedangkan luas lantai mezanin (balkon) adalah 5.290 meter persegi.

Bangunan masjid ini sendiri memiliki sebanyak 7 menara dimana menara utama setinggi 99 meter yang bermakna asmaul husna atau nama-nama Allah yang jumlahnya 99. Menara utama itu terdiri atas bangunan 15 lantai masing-masing lantai setinggi rata-rata 6 meter. Sementara itu, anak tangga dari lantai dasar menuju lantai utama masjid jumlahnya sebanyak 33 anak tangga. Jumlah ini sengaja disamakan dengan sepertiga jumlah biji tasbih.
Selain menara utama, bangunan ini juga memiliki 6 menara di bagian sisi masjid. Masing-masing 4 di setiap sudut masjid setinggi 70 meter dan 2 menara di bagian pintu gerbang setinggi 57 meter. Enam menara ini juga bermakna sebagai 6 rukun iman.
Terbayang donk megahnya itu masjid..setiap kali melintas depan Islamic Centre..selalu ada kekaguman memandang kekokohan masjid ini..Meski aku bukan warga samarinda tapi aku mencintai bangunan ini..aku sudah beberapa kali membawa Maharani ke Islamic Centre ini..dan ia begitu menikmati alunan suara adzan atau sesekali lantunan ayat suci alquran yang di kumandangkan di masjid ini...
Nah tadi sore saat ada keinginan aku membawa Maharani ke Islamic Centre untuk melaksanakan shalat taraweh sempat khawatir kehadiran Maharani mengganggu aktivitas dan kekhusyu-an jamaah yang sedang menunaikan shalat.
Namun kekhawatiranku tak terjadi..Maharani begitu kooperatif ketika aku bilang padanya..
"Cantik...mama shalat Magrib dulu ya..cantik duduk manis di sebelah mama ya sayang !" Maharani mengangguk pelan dan memberi senyum alias nyengir aja ketika kubilang seperti itu...
Kalau dirumah, aku terbiasa bilang seperti itu pada Maharani sebelum jadwal shalat tiba..jadi ketika aku shalat ia pun akan duduk dengan tenangnya dan sesekali mata bulatnya menatap sajadah di depannya..
Aku pun shalat magrib dengan tenang tanpa rasa khawatir..selesai shalat Magrib tadinya aku bergegas hendak kembali ke rumah..tapi melihat Maharani menaruh telunjuknya di bibir mungilnya ketika mendengar adzan..jadi urung..karena sepertinya Mahara menikmati suara adzan yang terdengar indah ditelinganya..
Akhirnya kuputuskan untuk melaksanakan taraweh di masjid Islamic centre ini. Sesekali mata bulatnya menatap jamaah disebelahku yang juga membawa anak kecil se usia Mahara. Bahkan ketika sedang ada kultum, beberapa jamaah remaja mengajak Mahara duduk bersamanya dan sesekali kulihat mereka malah asyik berfhoto bersama.
Duh Mahara dah berasa kek artis aja..artis cilik dari Tepian ya naks heheh...bunda-nya sampai di abaikan kalau Mahara dah di uwel-uwel oleh orang yang menyukai kegemasan pipinya yang gembil bak bakpauw rasa keju..hahaha..

Samarinda, 010910
20.30 WIT